selama 1 tahun. Sekolah itu mendidik para . Sistem pelatihan yang pernah dialaminya kini ia terapkan bagi semua di . Setiap yang ada di adalah orang yang telah dilatih dari bawah. “Jadi nggak mungkin seseorang masuk langsung jadi ,” ucap yang suka berbusana seadanya ini. adalah salah seorang yang sempat merasakan pelatihan gaya . Kelahiran 27 tahun silam ini, termasuk karyawan pertama yang di-training. Lulusan 1988 itu beabung dengan Juli 1990, lalu dikirim ke untuk mengikuti program pelatihan. Sebelum diterima menjadi karyawan, lajang berpostur sedang ini diperkenalkan dengan program . Dalam program ini ia diberi kesempatan mengenal pekerjaan crew dalam beberapa shift. Dari “latihan” tiga hari itulah diputuskan apakah ia bisa diterima atau tidak, untuk kemudian diperkenalkan mengikuti pelatihan selanjutnya selama lima bulan. “Saya dulu nggak pernah membayangkan kalau training-nya seperti itu,” ucap Muti, first assistant di Sarinah, , sejak Juni lalu. Ternyata kini Muti justru sangat menikmati pekerjaannya. Bahkan, tak jarang ia harus stand by di kantor sampai pagi hanya untuk menunggu mesin yang sedang direparasi misalnya. Ketika digodok untuk menjadi training ™ Muti harus melalui tahap pelatihan pelayanan. Setelah lulus, Muti ditempatkan di salah satu outlet di . Dan pada saat dibuka, single yang hingga kini masih kuliah di FEUI ini telah menjadi second assistant . Selain Muti, masih banyak Muti-Muti lain yang telah tersebar menjadi -di lima outlet . Dan selama ini proses pendidikan terus berlangsung.Apalagi, untuk tahun 1992 menaetkan akan membuka 10 cabang di seluruh Nusantara. Hasil kerja keras selama 2,5 tahun diuji memang cukup menakjubkan. Setidaknya, itu terlihat ketika pertama dibuka di Sarinah . Begitu menggebrak pasar, mengklaim bahwa setiap hari rata-rata terjadi 4 ribu transaksi. Bahkan, majalah Fortune edisi Oktober 1991 meramalkan penjualan outlet akan menempati posisi teratas dari 12 ribu di seluruh dunia. Setelah menjadi wiradengan anak buah yang hampir 1.000 orang, masihkan ia berpikir untuk jadiir lagi? “Saat ini sih nggak,” ucapnya serius. Tampaknya, saat ini lebih suka berkonsentrasi mengembangkan kewiraannya ketimbang kembali jadi profesional. Tapi, akhirnya teoda juga untuk masuk ke lagi. Itu terjadi ketika ia mengambil oper 73% saham IFI pada tahun 1995. “Sebagai pemegang saham, di IFI saya hanya menjadi komisaris. Saya tetap memegang . Komitmen saya penuh pada ,” kata . Ya, tentu tidak akan “nekat” menjadi lagi. Dengan 42 outlet yang dimilikinya pada pertengahan 1996, memberikan arus kas yang luas biasa bagi . Transaksi selalu tunai. Siapa yang sudi melepas mesin kas seperti itu ? Dengan memiliki sendiri minimal terbebas dari keharusan berpakaian rapi, berdasi dan wangi. Kini sudah terbiasa mengenakaan pakaian santai, mengendarai Harley Davidson untuk memonitor Kelima outlet yang tersebar di . Hadirnya di , ternyata tak cuma menambah “gemuk” – yang nyaris menamai kegendutan mascot – saja. “Berat badan saya 70 kg,”
8 tahun yang lalu